Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew.
Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh.
Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya.
Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan masing-masing orang untuk menuju kesana ternyata panjang sekali, dan hikmahnya dalam sekali.
Paragraf singkat di awal adalah pamungkas dari 3 poin yang disampaikan terkait nasehat pernikahan. Dua di antaranya:
1. Rumah tangga tidak harus dimulai dengan cinta yang menggebu-gebu, cukup dimulai dengan iman. Karena iman yang kokoh akan menghadirkan cinta pada keduanya.
2. Ruh sebuah rumah tangga adalah adanya tugas atau misi perjuangan. Romansa bukan sekedar tentang menatap satu sama lain, tapi bersama menatap ke arah yang sama untuk menuju tujuan bersama.
Teh Pepew dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna, mampu mematahkan stigma dan menciptakan kondisi rumah tangga barunya dengan nyaris sempurna. Terlebih background broken home yang pada akhirnya memperjalankan beliau pada penerimaan yang utuh.
Dari keluarga ideal maupun kurang ideal, kita sama-sama memiliki porsi belajar dan mengusahakan untuk membentuk keluarga baru yang lebih ideal. Tentunya, segalanya tidak bisa diraih tanpa pembelajaran dan penyadaran.
Teh Pepew, Teh Fitri, dan yang lainnya. Terima kasih sudah kuat dan membagi ceritanya untuk kami jadikan pelajaran.
Rumah tangga itu projek besar, persiapannya harus matang, lebih lebih kami seorang perempuan, yang fitrahnya adalah menjadi pendidik pertama, dan menjadi pendamping untuk bisa berkumpul kembali di jannahNya.
Komentar
Posting Komentar