Lontaran pertanyaan dari Hakim terjawab sudah dengan pembuktian. Keluarga kecil ini memilih untuk merantau ke Arab Saudi demi menyambung hidup. Pekerjaan Hakim sebelumnya di Mojokerto ternyata tidak dapat menopang ekonomi keluarga. Pengeluaran untuk Sang Ibu tercinta semakin membludak, penyakit komplikasi mulai urun duka di tubuhnya, ditaambah pengeluaran umtuk buah hati tercinta Vika Ranisa yang sebentar lagi memasuki tingkat sekolah menengah.
Hakim membuka toko kecil yang menjual oleh-oleh khas Arab, Intan masih sibuk bekerja di rumah. Sesekali ia membantu Hakim ketika toko mulai ramai, karena Hakim tak mengangkat pegawai, untung dari usahanya saja sudah pas-pasan membiayai kehidupan mereka.
Kian hari perlakuan ibu mertuanya terhadap Intan semakin menjengkelkan, namun Intan masih tetap sabar. Hingga suatu ketika kegaduhan yang terjadi terdengar di telinga Hakim dan menjadikan permasalahan baru bagi Hakim dan Intan. Hakim agaknya mulai sedikit kesal dengan Intan, orang yang selama ini ia cintai dan ia percayai, Hakim menduga Intan mulai tidak peduli lagi dengan ibunya.
"Bagaimana kamu bisa menerimaku jika kamu saja tak sanggup menemani ibuku lagi Tan?" Hakim mulai memuncak emosinya.
Tentu saja Hakim melempar ungkapan tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu. Hakim sangat sayang pada ibunya, ia juga sayang pada istrinya namun kali ini sudah terbutakan semua kebaikan-kebaikan yang Intan lakukan.
Banyak sekali rencana yang telah mereka semai berdua, tentang kelanjutan Vika yang akan dibawa ke pesantren, persiapan uang untuk sekolahnya, dan tak lupa biaya pengobatan ibunya. Nampaknya semua rencana itu nasibnya sedang diambang kebimbangan, melihat kondisi rumah tangga mereka yang semakin memburuk di setiap harinya.
"Vika mau persiapan mengumpulkan banyak buku untuk persiapan mondok ya bu?" rengek Vika pada Intan.
"Iya nak, memangnya jadi mondoknya?" Intan usil menggoda anaknya sambil memegang hidung Vika.
Komentar
Posting Komentar