Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Feel and Tell Stories

Karena hidup adalah rangkaian tanya demi tanya, dan generasi pembelajar selalu berusaha mencari jawabannya -Najwa Shihab- Beberapa hari yang lalu, saya kembali mendapatkan banyak pelajaran berharga dari sebuah perkumpulan. Belajar dan tumbuh bersama memang hal yang sangat mengasyikkan. Mengevaluasi diri sendiri terkait sesuatu yang kurang dan salah, saling mengingatkan, dan sama-sama mengerucutkan impian adalah sebuah proses menggapai kesuksesan sesuai yang diinginkan. Dan ternyata benar, langkah kita akan lebih terasa ketika dijalankan bersama-sama. Ungkapan singkat dari film “Kehormatan di Balik Kerudung” yang berbunyi  karena pertemuan pertama akan menyisakan penasaran, pertemuan kedua akan menyisakan rasa rindu, dan saya tidak mau merindu  ternyata sama seperti yang saya rasakan. Saya selalu haus akan pertemuan,  bukan pertemuan denganmu yang tak kunjung menemukan titik temu.  Namun pertemuan dengan orang-orang yang menginspirasi sebagai bekal menambah energi. Saya terma

SehatQ: Tempat Sambat yang Tepat

Zaman semakin berkembang, keinginan manusia menemukan jawaban atau informasi yang dibutuhkan pun sangat beragam. Berbagai cara mulai dilakukan, dan cara yang banyak dilakukan manusia adalah mencari jawaban alternatif yang cepat namun juga tepat, jawabannya memuaskan dengan apa yang diinginkan. Persoalan agama menjadi sorotan utama, banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang belum kita ketahui dengan benar bagaimana hukumnya, apa dalilnya, apa keutamaannya, dll. Akan tetapi, dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, YouTube seolah menjadi jawaban dari segala keresahan. Para ustadz kondang berjejer memaparkan pemikirannya disana, tak jarang menuai pro kontra, namun tetap tak bisa dipungkiri tempat sambat manusia salah satunya adalah disana. Selain agama, ada satu persoalan penting yang membutuhkan jawaban akurat dan kredibel dari pakarnya. Yaitu masalah kesehatan. Betapa maraknya sekarang penyakit-penyakit yang tak diketahui oleh penyandangnya. Orang-orang

Wisuda: Akhir yang Memulai

Sejak 23 Mei yang lalu, saya sudah resmi dinyatakan sebagai lulusan Universitas Negeri Malang. Setelah berhasil melewati drama yang bertubi-tubi, pada tanggal itu yang kebetulan sedang bulan Ramadhan, saya melangsungkan sidang skripsi dengan akhir yang mengharukan. Tangis mendadak pecah setelah berhasil keluar dari ruangan dan berhasil keluar dari jeratan pertanyaan-pertanyaan yang menggetarkan. Begitu banyak kata motivasi yang terlontar untuk saya, namun apa daya. Jika bukan diri sendiri yang menggerakkan, selamanya keinginan hanya akan jadi ingin. Ingin lulus tepat waktu, tapi malas bimbingan. Ingin skripsi yang menawan, namun jarang baca rujukan. Simpelnya, dulu saya sering begitu. Seolah berkompromi dengan Allah agar semuanya bisa terwujudkan secara instan. Padahal usaha seringkali ogah-ogahan. Setelah melewati drama sidang, revisi, yudisium, sampai daftar wisuda yang ketinggalan itu saya jadi banyak introspeksi diri. Begitu indah jawaban dari Allah menunda hal-hal yang seringk

Kisah CCTV yang Merekam Segala Sisi

      Kompleks ini memang berulang kali kami gunakan untuk sebuah acara. Biasanya kami merancang kegiatan selama tiga hari. Kami pakai bangunan yang belum seberapa tua dari kompleks ini. Terdiri dari sekolahan, masjid, dan lapangan yang sangat nyaman menemani serangkaian kegiatan kami. Tak jarang, kegiatan yang kami lakukan hingga larut malam, bahkan sesekali dini hari baru selesai.        L okasi bangunan ini di sebuah gang kecil sudut perkotaan yang bernuansa desa. Pada jam sembilan malam, kompleks ini akan sepi dengan portal-portal gang yang tertutup rapi. Barangkali semuanya sibuk merebahkan diri setelah seharian bersitegang memperjuangan materi.       K ami sudahi kegiatan malam ini sampai pukul 01:00 WIB. Riuh tawa memberi isyarat, kami telah menyelesaikan kegiatan dengan ragam rupa pertanggung jawabannya. Berat memang, berada di pimpinan organisasi memang harus paham konsekuensi. Orang-orang berkata, “amanah tak akan salah memilih pundak”. Dan malam itu kami selesai mempertan

Temu

Bukan hanya sekali saya mendapat pelajaran dari kepulangan (Malang-Lamongan). Saya duduk di kursi nomor 5 di bus Putih itu, bersama dengan teman kamar saya disamping kiri. Ah kebetulan samping kursi kami ada bapak-bapak tua kira-kira umur 62 tahun duduk bersama dengan istrinya. Raut wajahnya nampak bahagia, sepertinya ada suatu pertemuan yang direncanakan atau diam-diam. Bus terus melaju, ketika sampai di Pandaan bapak ini mengeluarkan handphone Nokia kecil kemudian menelpon salah seorang di kontaknya, yang saya dengar itu suara cewek, bapak itu pun memanggilnya dengan sebutan "Nduk", setelah berbincang 3 menit kemudian Bapak itu bertanya "nanti kalau sudah di Bungurasih bapak naik apa, nduk?" Putrinya pun menjawab "naik DKM pak, bapak kok kesini lagi?" Sang bapak pun menjawab "Bapak sama ibu sudah kangen Nduk, yauda berarti nanti bapak langsung naik DKM ya?" YaAllah jawabannya singkat yaitu (kangen) dan ingin bertemu. Aku bergumam dalam ha

Kebahagiaan Jangan Digantungkan

Beberapa tahun yang lalu saya diizinkan Allah melihat dunia yang memesona ini. Tepatnya, 21 tahun yang lalu. Berkawan tangis bahagia orang terkasih, saya hadir sebagai pelengkap kasih. Mengingat hari itu, ketika saya mendapat ucapan singkat, dikirim via WhatsApp dari teman saya, kira-kira begini isinya "Selamat Ulang Tahun Nenel, aku tidak bisa ngasih apa-apa, cuma do'a, lagi krisis hehe" Oh ternyata hari itu tanggal satu, oh ternyata hari itu saya ulang tahun, oh ternyata hari itu, perihal kematian semakin nyata terngiang, sudah dekat barangkali.  Wallahu A'lam. Katanya, peringatan hari lahir itu suatu hal yang banyak ditunggu, pada hari itu, akan hadir banyak kejutan, banyak hadiah, dan hadirnya orang-orang yang menyayangi kita lebih jelas, mereka berbondong mengirim do'a terbaik. Ada yang menunggu tepat di pergantian jamnya, ada yang tiba-tiba datang dengan cake dan menyuruh kita untuk tiup lilin, ada yang acuh dan memilih menjadi pengucap terakhir, kat

Kontemplasi: Niat

Bicara niat memang agak susah, apalagi jika sudah dikaitkan dengan amanah yang sedang dipikul, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Kemudian bagaimana jika kita telah mengemban amanah namun niatnya bukan lurus lillahi taala? Saya mungkin tak mempunyai jawaban terbaik, tapi cobalah langsung bertanya pada Allah melalui perantara doa. Karena ketika amanah sudah berada di pundak kita, artinya ia tak salah tempat. Jika mengingat apa yang disampaikan oleh Salim A. Fillah, niat itu bisa kita latih dan perbarui setiap saat. Artinya bagaimana? Untuk melakukan suatu kebaikan, kita harus terus berlatih. Melewati jalan terjal agar akhirnya terbiasa. Melewati benturan-benturan agar terbentuk. Kemudian dengan apa memperbaruinya? Setiap dari kita akan mengalami fluktuasi iman, fluktuasi semangat dll. Oleh karenanya, kita harus selalu menyadari dan berujung memperbaiki niat kita agar lurus jalannya kepada Allah. Semoga saja kita bisa selalu seperti itu ya. Contoh kasus sederhananya, ji

5 Suntikan Semangat untuk Penulis Pemula

Alhamdulillah sudah sampai mana perjalanan untuk belajarnya Menyenangkan sekali berkesempatan belajar setiap hari bersama banyak orang dengan ragam kesibukannya. Jika kemarin saya sudah banyak mengambil pelajaran agar bisa "Memaknai Produktivitas" kemudian "Mengevaluasi Ketidakproduktivan dan Cara Menepisnya", sekarang saya sampai pada level yang lebih tinggi; menentukan skala prioritas. Untuk mengatur dan menentukan skala prioritas pun, saya masih butuh orang lain untuk mengatasinya. Bukan membantu menyelesaikan, namun karena bagusnya mereka mengatur hari-harinya menjadikan inspirasi tersendiri bagi saya. Terlebih terkait pembagian waktu untuk memprioritaskan menulis. Memang tidak mudah ya, manusia seringkali banyak merencanakan dan memikirkan hal mana yang akan menjadi fokus utamanya, namun tidak sedikit juga yang mengobrak-abrik rencananya sendiri dengan menundanya, bahkan mengabaikannya. Prioritas tidak lagi diingat. Jika untuk saat ini saya mendapat perta

Masalah

Tak bisa dipungkiri, hidup tak akan terlepas dari permasalahan. Selalu ada tantangan yang dihadirkan jika ingin naik kelas. Ada rintangan yang harus ditaklukkan untuk mewujudkan impian. Namun, siapa yang mau mengelak?  Bahwa terkadang, persoalan seolah datang bertubi-tubi. Tanpa mengizinkan Puan untuk mempersiapkan diri. Bertumpuk hingga memupuk putus asa atau bahkan depresi. Haii, kamu yang ada dalam diri. "Apik elek e manungso gumantung carane ngerampungno masalah",  demikian tutur Ibu Minke dalam film Bumi Manusia. Sampaikan itu dengan tegas dan lugas ketika dihadapkan pada peliknya persoalan. Karena.. Mengantongi persoalan hidup, hanya akan membuat langkah semakin berat. Uraikan. Jangan biarkan ia melilit tubuh, meluluh lantahkan perasaan. Hidup memang bukan hanya tentang apa yang kita mau. Realita menuntut kita untuk harus bisa memahami. Tak apa jika kita salah mengerti. Poinnya, jangan berhenti walau sesenti untuk memperbaiki.

Tim (ng)online

Saya perempuan, seperti pada umumnya. Namun ada satu hal yang membuat berbeda, saya menyukai belanja tapi belum menemukan tempat perbelanjaan yang pas. Atau barangkali, saya saja yang memang tidak menemukan ketertarikan dengan tempat perbelanjaan? Beberapa kali mencoba belanja kebutuhan di pasar, sesekali mencoba toko agak besar yang lebih nyaman, ber-AC. Namun tetap saja, saya belum tertarik dengan tempat-tempat macam ini. Jika dalam kondisi tertentu, yang memaksa saya untuk belanja offline, akan ada saja hal yang membuat saya mengeluh. Ya karena, saya tidak bisa lama-lama di tempat perbelanjaan. Jika sudah terhimpit kondisi, atau barangkali karena menghargai ajakan teman, saya mula-mula akan menuliskan apa saja yang akan saya beli, sampai di tempat, belanja, selesai. Jika barang yang saya cari tak ada, maka, berarti besok lagi. Sepertinya saya ogah sekali berlama-lama, apalagi memilih-milih. Semakin kesini, teknologi semakin canggih. Apa saja nampaknya bisa kita dapatkan cukup

Menikah

Ada saatnya kita bergegas melangkah, ada pula saatnya kita berhenti sambil terengah. Menengok perjalanan yang sudah kita tempuh dan mengatur nafas di dalam dada. Semuanya ku syukuri, bersamamu tak ada yang sia-sia -Aji Nur Afifah- Saya temukan sepenggal kata di buku Melangkah Searahnya Aji Nur Afifah, mamapedia yang sering berbagi cerita lewat instagramnya. Membaca story dan caption di ignya membuat kita merasa tidak sendiri menghadapi kekhawatiran yang belum terjadi dan sudah terjadi selepas menikah. Gaya ceritanya "nyes" langsung di hati dan dibumbui dengan kekonyolannya. Akhir-akhir ini saya menghadapi masa-masa galau ditinggal nikah. Banyak sekali teman saya yang jauh maupun dekat kini telah menemukan teman berlayarnya. Perasaan senang dan haru campur jadi satu, artinya teman-teman saya sudah Allah percaya untuk menghadapi tanggung jawab yang lebih besar; menjadi istri dan akan menjadi ibu. 6 bulan di Indragiri. Dua pekan lalu teman saya pamit untuk pulang, saya p