Langsung ke konten utama

5 Suntikan Semangat untuk Penulis Pemula

Alhamdulillah sudah sampai mana perjalanan untuk belajarnya Menyenangkan sekali berkesempatan belajar setiap hari bersama banyak orang dengan ragam kesibukannya. Jika kemarin saya sudah banyak mengambil pelajaran agar bisa "Memaknai Produktivitas" kemudian "Mengevaluasi Ketidakproduktivan dan Cara Menepisnya", sekarang saya sampai pada level yang lebih tinggi; menentukan skala prioritas.

Untuk mengatur dan menentukan skala prioritas pun, saya masih butuh orang lain untuk mengatasinya. Bukan membantu menyelesaikan, namun karena bagusnya mereka mengatur hari-harinya menjadikan inspirasi tersendiri bagi saya. Terlebih terkait pembagian waktu untuk memprioritaskan menulis.

Memang tidak mudah ya, manusia seringkali banyak merencanakan dan memikirkan hal mana yang akan menjadi fokus utamanya, namun tidak sedikit juga yang mengobrak-abrik rencananya sendiri dengan menundanya, bahkan mengabaikannya. Prioritas tidak lagi diingat.

Jika untuk saat ini saya mendapat pertanyaan terkait apa skala prioritas tertinggi dalam keseharian saya? Saya akan jawab menulis. Meskipun masih tahap belajar, agaknya sedikit jumawa menempatkan menulis pada posisi tertinggi tak apa. Mimpi besar perlu diberi ruang besar agar usaha yang besar pun mengikuti.

Mengapa menulis mendapat posisi tertinggi? Setelah saya banyak mempraktikkan dan bertempur dengan berbagai macam tantangan menulis, saya temukan kepuasan dan kedamaian selepasnya. Dalam kondisi suka, duka, terpesona semua bisa ditumpah ruahkan menjadi kata.

Ibarat badan sedang gatal-gatal, setelah menulis sama leganya dengan rasa badan usai digaruk, akan ketagihan lagi dan lagi. Bedanya, badan gatal semakin digaruk semakin lecet dan semakin sakit. Namun menulis semakin sering dipraktikkan, semakin nagih, dan semakin muncul potensinya.

Bakat dan potensi kadang bisa kita temukan dari hal/orang lain kan ya? Ketika sibuk mencari potensi yang ada pada diri dan tak berujung temu, maka sibukkan diri dengan bejibun kegiatan yang menantang! Maka potensi itu akan muncul dengan sendirinya.

Jika ternyata penempatan skala prioritas tertinggi kalian sama dengan yang saya utarakan. Saya ingin sedikit berbagi tips berdasarkan apa yang sudah saya peroleh dari materi ke-tiga kelas online @nulisyuk. Bagaimana agar bisa produktif dengan menulis?
1. Tentukan dan matangkan target
2. Berusaha disiplin dan konsisten
3. Mulailah dengan menulis yang kamu suka
4. Wajibkan diri membaca buku
5. Ganti waktu yang terbuang percuma dengan berdo'a.

Lima hal tersebut saling berkorelasi dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Semoga bermanfaat :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k