Langsung ke konten utama

Dua Hari, Lolos Seleksi Tangan Syar'i

Beri saya waktu 1 menit untuk mengingat jam, hari, tanggal, bulan, dan waktu yang tepat itu. Ternyata lengkap penderitaan saya, pikun tanggal dan buta peta.

Jumat kemarin, saya memberanikan diri ngewhatsApp Bapak dosen penguji yang InsyaAllah sukses bikin hati deg-degan. Begini kira-kira isinya "Mohon maaf mengganggu waktu Bapak, kapan saya bisa mengambil revisiannya nggeh Pak?" dan lima menit kemudian dibalas oleh beliau "Sampean ambil saja", dengan cepat saya membalas "Kemudian bagaimana terkait persetujuan pendaftaran sidang Pak?" jawaban beliau juga cepat seperti balasanmu biasanya wkwk dengan satu kata "Monggo".

Wah, sepertinya ini akan menjadi salah satu list hari membahagiakan bagi saya, bahagianya bukan karena sidangnya sih, bukan karena apa-apa. Karena jika satu urusan ini selesai, tandanya saya bisa cepat pulang, bisa mendengar omengan ibuk karena di rumah banyak tidur, gak nyapu, gak korah-korah, dan mengulang aktivitas yang menyenangkan; berantem dengan adik.

Jumat itu, saya punya janji dengan seseorang. Sejujurnya saya bingung, bagaimana caranya agar saya bisa menepati janji itu, dengan datang tepat waktu di tempat yang sudah kami sepakati dan bermodalkan budget yang paling minimal hehe. Maklum, anak kost memang suka begitu ya, tapi kalau dihitung-hitung memang saya akan mengeluarkan banyak uang pada hari itu.

Singkat cerita, jam setengah 9 pagi saya memutuskan untuk meninggalkan kenyamanan dengan kasur, karena memang pada hari itu saya sedang capek-capeknya dan bawaannya pengen nggelimbung terus. Saya memanfaatkan kemampuan super cepat dalam hal mandi dan beres-beres, jam 9 kurang 15 menit saya sampai Ruang Dosen dan mengambil draft yang sudah di tanda tangani oleh Bapak Profesor. Saya sering bersyukur dengan kelebihan saya yang tidak bisa lama-lama di kamar mandi, dengan begitu setelat-telatnya saya bangun dan siap-siap, saya pasti lebih dulu selesai daripada teman-teman heheuu.

Draft tetaplah draft! Bawanya berat, ngeprintnya mahal, indah dengan coretan-coretan, dan akan berakhir di rosokan. Jumat itu saya tidak bisa meminta tanda tangan Pembimbing saya, maka usai dari kampus berarti saya harus menggugurkan kewajiban untuk menunaikan janji.

Jam 11 lebih 15 menit saya sampai di tempat dengan bantuan dua kali imbal jasa Grab. Kenapa harus dua kali? Karena jika dihitung-hitung itu lebih hemat, daripada saya harus langsung sekali jalan dari kost menuju tempat. Beginilah, kaum pecinta promo wkwk. Yaaa.. Meskipun pada akhirnya saya harus dapat driver yang sama dan menanggung sedikit malu dengan pernyataan Bapaknya "laah mbak mbak, kok gak sekalian toh tadi" dan saya hanya nyengir.

Karena saya janjiannya dengan Bapak-bapak, saya harus menerima resiko untuk menunggu beliau sampai selesai salat jumat. Hemmm, untung tidak begitu lama. Tapi tidak ada yang benar-benar membosankan dan menjenuhkan kok dari perkara tunggu-menunggu, kalo benar-benar paham apa yang harus dilakukan dalam proses tunggu itu.

Jam setengah 1 saya diarahkan untuk masuk, didampingi ukhti-ukhti dan Bapak satpam. Sontak, ingatan saya muter-muter, semacam dejavu. Saya seperti pernah mengalami keadaan dan kondisi ini, masuk dalam suatu tempat, penuh dengan anak-anak jilbab besar, ada suara dari calling room memberikan pengumuman dan pemanggilan kunjungan, daaaan ternyata ini di pesantren!

Saya akan menjalani masa training selama 3 hari seharusnya, tapi berhasil nego menjadi 2 hari hehehe. Habis salat ashar saya tetap tinggal di masjid itu, masjidnya adeem, selain karena letak dan memang hawa Batu sedang dingin-dinginnya, senyum manis dari mereka-mereka juga berhasil mendinginkan hati yang beberapa hari ini panas heheuu. 

Usai salat ashar saya disodori bangku, dikelilingi banyak anak yang mulutnya komat-kamit sedang Murajaah, Allah Bihaaaa, nuansa seperti ini yang sedang saya butuhkan. Sambil menunggu mereka setoran saya tinggal membaca Al-quran beberapa halaman, kemudian mereka antri sambil bilang "Ustadzah saya siap Ustadzah, Uuusss sayaa Usss". 

Al-quran sudah diberikan kepada saya, tandanya waktu saya untuk fokus menyimak hafalan mereka, sebelum mereka mulai mengaji "cium tangan" dulu, usai mereka setoran beberapa halaman "cium tangan" lagi, dan sebelum mereka meninggalkan lingkaran yang kami ciptakan "cium tangan" lagi.

Jam setengah 5 saya turun dari masjid, karena ini bulan Ramadan, maka jadwal Tahfidz mereka hanya sebentar. Ada waktu khusus yang diberikan kepada mereka untuk membeli jajanan pembuka sebelum buka puasa. Turun dari masjid lantai dua, saya harus berdiri sejenak, karena mereka pada antri "cium tangan" lagi. MaasyaAllaah.. Bukan niat hati bangga karena dihormati ya, tapi memang begitulah salah satu adab menuntut ilmu, hormati dan muliakan gurumu, agar ilmu yang disampaikan masuk dalam kalbumu. 

Saya akan menjalani masa-masa menyodorkan tangan kanan sambil senyum manis selama 2 hari. Dalam waktu 2 hari saja saya bisa dikatakan lolos kategori "tangan syar'i" karena banyaknya tangan yang menyalimi dan berucap Assalamu'alaikum Ustadzah.. Otomatis kan saya menjawab Waalaikumussalam. Dalam waktu 2 hari saja ada banyak doa terpanjatkan melalui salam itu, dan ada banyak dosa berguguran karena jabat tangan yang tulus.

Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k