Langsung ke konten utama

Manjakan Lidah dengan Empat Ribu Rupiah

"Yeeaayyy sekarang sabtu... segera ambil kunci motor di kamar, aku tunggu di parkiran jagain motornya"
Weekend memang waktu yang sangat kami nantikan, setelah lima hari beraktivitas rutin dari pagi hingga malam hari yang melulu itu-itu saja, refreshing selalu menjadi pokok pembahasan utama. "kesana yuk, eh ayo nyobain itu, pekan depan pergi yuk ke tempat baru itu" dan masih banyak lagi ungkapan kegirangan yang memenuhi ruang kamar. Meskipun pada kenyataannya, tidak semua perencanaan bisa kami realisasikan, karena bagaimanapun bangkong pada akhir pekan masih menjadi pilihan yang menggiurkan hehe.
Sabtu di pekan ini kami memutuskan untuk keluar, saya bersama satu teman kamar bergegas mengamankan kunci motor sebelum disabet orang lain. Berangkat pukul 08:55 WIB dan tidak berteman macet
Tujuan utama kami adalah pergi ke bank untuk transfer uang. Tanpa berpikir panjang motor yang kami tumpangi melesat menuju bank BRI terdekat, namun sialnya kami lupa bahwa hari ini hari sabtu; bukan hari kerja bank.
Sambil menyelam minum air, pepatah itulah yang menjadikan kami terus melanjutkan perjalanan. Karena kami harus memanfaatkan waktu luang dan kesempatan keluar ini dengan semaksimal mungkin. Ya, opsi selanjutnya adalah pergi ke pasar. Ada kerinduan yang harus kami tuntaskan disana.
Kami mendarat di salah satu pasar tradisional kota Batu, Jawa Timur. Alamat lengkapnya di Jl. Dewi Sartika, Temas, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Batu memang terkenal dengan kota wisata, tapi setelah membaca cerita ini jangan beranggapan bahwa saya sedang menawarkan destinasi wisata yang wajib kalian coba ketika berkunjung ke Batu ya. Pasarnya biasa, tidak ada tambahan wahana-wahana layaknya tempat wisata yang banyak tersaji di kota Batu hehe.
 Coba saja berkunjung bagi kalian yang sedang rindu jajanan pasar tradisional. Mulai dari penjual nasi pecel, nasi campur, tiwul, lemper, apem, cendol, es holland dan masih banyak lagi jajanan yang akan kalian temukan di pasar ini cukup dengan merogoh kantong yang tidak terlalu dalam itu.
Memasuki salah satu pintu masuk pasar, kami disuguhi aroma sedap sisa makanan basah berpadu dengan tumpukan sampah hasil pembuangan buah dan sayur busuk, lengkap dengan sampah plastik yang berserakan. Ciri khas pasar tradisional yang saya sebutkan tadi juga akan ditemui di pasar ini, hanya saja udara yang cukup sejuk di kota Batu dan bentuk pasar yang cukup luas mampu menjadi penetralisir bau tak sedap yang ada di lingkungan pasar.
Rindu kami tuntaskan pada salah satu Bapak penjual es holland yang posisinya lurus dengan pintu masuk utama. Es ini yang menjadi tujuan utama kami ketika memasuki pasar. Harganya yang hanya empat ribu rupiah mampu membuat kami ketagihan. Campuran susu manisnya dengan santan kental dilengkapi dengan potongan aneka buah-buahan sangat melegakan tenggorokan dan memanjakan lidah. Porsinya memang tak seberapa, bahkan kami menyebutnya sedikit, karena kami selalu merasa kurang usai menikmatinya.
Karena cukup asyik menyeduh es holland, kami tidak sempat mengabadikannya untuk membayar rasa penasaran kalian. Next time ya.. kami akan kesana lagi dan membagikan fotonya pada kalian. Hanya foto saja yang akan kami bagi. Untuk rasanya? Silakan coba sendiri ya kapan-kapan hehe.
Selamat berakhir pekan :)

#odopbatch7 #tantangan1 #basah #plastik #macet


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k