Langsung ke konten utama

Surat untuk Nulisyuk

Sengaja menuliskan kisah perjalanannya di hari terakhir, karena pengen baca dulu kisah-kisah menarik dan menginspirasi dari sahabat-sahabat online @nulisyuk 😊
.
Sebagai anggota yang baru bergabung, baru menikmati perjalanan, dan baru di(teman)i oleh nulisyuk, saya mungkin minim pengalaman jika dibandingkan dengan yang lain. Tapi jangan tanya bagaimana kesannya. Jika jatuh cinta saja tidak peduli seberapa lama kita mengenalnya, maka hari ini juga saya jatuh cinta. Cinta yang berbalut lembut dengan kenyamanan hehe.
.
Mengawali perjalanan dengan mengikuti kelas online nulisyuk batch 35 dengan tema "Muslimah Produktif". Awalnya hanya bisa membayangkan, proses pembelajaran onlinenya nanti seperti apa, bisa gak ya mengikuti challenge-challengenya, mampu gak ya sampai tembus nulis antologi bersama peserta yang lain, dll.
.
Satu hari terlewati, satu materi tersaji, dan akhirnya beberapa minggu berakhir tanpa disadari. Saya terharu sekali dengan tagline @nulisyuk yaitu "Teman Menulismu" yang ternyata benar-benar menjadi teman saya dalam perjalanan menulis.
.
Dari pengalaman batch 35 itu, akhirnya saya ketagihan, seakan tidak mau melewatkan event-event yang diagendakan oleh @nulisyuk.
.
Memang benar ya, tumbuh dan belajar itu butuh orang lain, butuh mentor, butuh partner, butuh teman. Terima kasih nulisyuk, sudah menjadi salah satu teman menulis saya,
.
.
Dari saya, "Teman Menulismu" 😍
.
#nulisyuk #temanmenulismu #belajarmenulis #nulisyukbatch37

Komentar

  1. Salam saya juga untukmu.. semangat kakak..

    BalasHapus
  2. Eh alumni Nulisyuk juga ya? Aku dah ikut sejak batch 21 sampai batch 26 ��

    BalasHapus
  3. Ternyata banyak ya komunitas literasi itu. Salah satunya Nulisyuk

    BalasHapus
  4. Kalo gabung di nulisyuk bayar gak sih kak? Aku suka liat banyak komunitas nulis online gitu yang akhirnya ada antologi tapi kebanyakan bayar. Aku masih nyari yang gretongan. Dari aku yang suka gratisan :D

    BalasHapus
  5. Bisikin dong. Gmna cara gabungnya .. hehe.

    BalasHapus
  6. Masha Allah, semangat nulis kak πŸ˜ƒ

    BalasHapus

  7. Jika berjamaah akan terasa lebih ringan, dan saling mengingatkan...

    BalasHapus
  8. Masyaa Allah, semakin aktif dikomunitas, semangat menulisnya akan semakin terjaga seharusnya ya Kak. Semangat Kak Nelly~

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k