Langsung ke konten utama

Feel and Tell Stories


Karena hidup adalah rangkaian tanya demi tanya, dan generasi pembelajar selalu berusaha mencari jawabannya -Najwa Shihab-
Beberapa hari yang lalu, saya kembali mendapatkan banyak pelajaran berharga dari sebuah perkumpulan. Belajar dan tumbuh bersama memang hal yang sangat mengasyikkan. Mengevaluasi diri sendiri terkait sesuatu yang kurang dan salah, saling mengingatkan, dan sama-sama mengerucutkan impian adalah sebuah proses menggapai kesuksesan sesuai yang diinginkan. Dan ternyata benar, langkah kita akan lebih terasa ketika dijalankan bersama-sama.

Ungkapan singkat dari film “Kehormatan di Balik Kerudung” yang berbunyi karena pertemuan pertama akan menyisakan penasaran, pertemuan kedua akan menyisakan rasa rindu, dan saya tidak mau merindu ternyata sama seperti yang saya rasakan. Saya selalu haus akan pertemuan, bukan pertemuan denganmu yang tak kunjung menemukan titik temu. Namun pertemuan dengan orang-orang yang menginspirasi sebagai bekal menambah energi.

Saya termasuk orang yang suka mengikuti berbagai macam kegiatan. Karena bagi saya, saat saya keluar dan berkecimpung dalam sebuah event, saat itulah saya sedang menempuh jalan untuk re-charge semangat dalam diri. Saya terbiasa menceritakan poin-poin penting hasil dari sebuah diskusi atau pertemuan kepada orang lain. Bisa melalui lisan secara langsung, atau tulisan.


Itulah mengapa saya menuliskan tagline pada blog saya dengan kalimat "Menuntaskan penasaran dengan mencoba segala hal, dan memfungsikan kata ketika tak mampu bicara", salah satu alasannya seperti tersebut di paragraf sebelumnya.


Sejauh ini saya mencoba menyadari dan kembali merenungkan. Dan saya beruntung dikaruniai perasaan yang mudah untuk disentuh. Bagi saya ini bukan persoalan baperan atau kerasnya perasaan. Tapi setiap apapun yang dititipkan pada diri kita akan menuai pelajaran berharga.


Dengan memiliki perasaan yang rentan, saya jadi belajar melihat suatu kejadian dari berbagai sudut pandang. Menceritakan pelajarannya, juga memencilkan bahayanya. Jika lisan kita terskat dengan pagar pembatas, maka akan selalu ada pena yang bisa menembus tanpa batas.


Malam ini, saya sedang sendiri. Jika biasanya selalu ada telinga yang setia mendengarkan apapun yang terlontar dari lisan, maka sekarang saya hanya berteman sepi dan pena yang menari-nari. Saya coba baca beberapa arsip tulisan saya dan kemudian bergumam sendiri "tulisan jenis apa ya yang saya sampaikan setiap hari ini? Apa semuanya sesak dengan ketidakjelasan?"


Ternyata tidak, saya menemukan diri saya bersama tulisan-tulisan faktual yang coba saya kemas sedemikian rupa. Karena memang hari-hari saya penuh dengan penyedap rasa perjalanan hidup orang-orang yang sangat sayang untuk tidak dikisahkan. Pakar menyebut itu genre non fiksi, dan saya mengamini. Menulis dengan jenis yang satu ini memang melegakan hati.


Untuk kedepannya, saya ingin membekali diri dengan banyak membaca kemudian bercerita, banyak merasa juga berkisah. Menyambut pergantian tahun yang baru dengan resolusi yang tidak lagi baru, hanya perlu kembali menegaskan resolusi-resolusi yang sempat kandas tak tuntas. Yakin ingin jadi penulis yang bermanfaat? Songsong hari esok dengan perubahan ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k