Langsung ke konten utama

Hilang

Selamat datang di usia 20an, selamat datang masa quarter life crisis, selamat datang tumpukan pekerjaan, dan selamat tinggal teman. Ternyata begini rasanya ya, seperti ada yang kurang, ada yang hilang.

Beberapa tahun yang lalu momen masuk kuliah sangat dinantikan, dilalui dengan sangat membahagiakan. Banyak teman, banyak ruang diskusi, banyak media penghibur diri, juga banyak cara aktualisasi diri.

Empat tahun waktu bergulir, cepat sekali menyingkap kenangan selama bangku perkuliahan. Katanya, kita sudah menemui masing-masing jalannya, menjumpai kehidupan yang sesungguhnya. Tapi serasa ada yang hilang?

Ya, teman. Ketika kita disibukkan dengan pekerjaan atau tanggung jawab lain usai lulus dari bangku perkuliahan, perlahan satu demi satu sosok teman akan berganti peran. Biasanya selalu ada saat suka dan duka, selalu menemani kemanapun pergi, tempat berkeluh-kesah tanpa pandang waktu. Dan kini ada yang kurang, namun bukan hilang. Mereka hanya berganti peran.

Barangkali hadirnya tak nyata, namun ada doa yang selalu terasa. Pelukannya tak lagi ada, namun rindunya dapat mengalahkan eratnya. Kita memang tak lagi bersama, dan akan semakin jarang bersama. Namun kita masih punya media untuk bertemu dalam doa.

Komentar

  1. Usia 20 adalah hal yang terberat, terkususnya setelah selesai kuliah. Siap sidang kebingingan pun menghampiri.
    Mau ngapai sekarang?

    BalasHapus
  2. Mmm ... betul sekali. Usia 20-an itu semuanya terasa berbeda. Lebih nanggung lagi kalau usia 30-an mendekati 40. Dibilang muda kok norak, dibilang tua tapi kok masih muda. Kannn ��

    BalasHapus
  3. Usia 20 tahun udah selesai kuliah? Hebat!

    Teman memang adalah sosok yang sangat berarti kawan

    BalasHapus
  4. sedih...temen-temen emang udah punya kesibukan masing-masing

    BalasHapus
  5. Di usia ini seringnya kudengar mereka berkata mending kembali ke masa kanak². Katanya menjadi dewasa itu berat.

    Hemmmm hemm. Aku sih pernah ngalamin juga ya usia itu.
    Masa kuliah masa berteman yg lagi indah2nya, sering ada konflik sih
    Sering juga datang pemyelesaian. Atau tau² udah selesai aja.

    BalasHapus
  6. QLC😣 betul banget kak, setelah masa kuliah, kita harus berhadapan dengan the rela life yang sebenarnya, masa transisi yang mewajibkan kita untuk berfikiran dewasa.

    Welcome to the real life><

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k