Langsung ke konten utama

Kesempatan untuk Sakit

Nikmat sehat merupakan suatu hal yang gampang sekali untuk dilupakan. Merasa kuat, tahan banting, bisa melakukan apa saja hingga lupa jika Allah sudah mencabut secuil saja dari nikmat sehat itu dan Allah ganti dengan kesakitan, barulah kita merasa tidak berdaya di hadapan-Nya.

Dua hari ini, Allah beri saya kesempatan untuk merasakan nikmat sakit, dan Allah beri jeda waktu untuk saya bermuhasabah. Saya sempat sombong dan merasa kuat karena Allah jarang sekali memberikan saya nikmat sakit. Tenyata di balik itu semua, harusnya saya sedih karena Allah jarang sekali memberi saya kesempatan untuk menghapus dosa-dosa.

Hanya bisa berbaring, ibadah tak semangat, mangan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Banyak sekali hal yang merasa terlewatkan begitu saja karena kondisi tubuh yang tidak bisa diajak kompromi. Ternyata, baru diberi nikmat sakit yang seenteng inipun saya sudah mengeluh.

Saya tidak habis pikir, dengan keadaan orang-orang yang terbaring lemah di rumah sakit, berteman cairan yang menggantung, obat-obatan yang menumpuk, dan kondisi tubuh yang tak lagi normal seperti yang lainnya. Orang-orang terdekat sibuk memikirkan keadaan kita, resah memikirkan bayarannya, dll.

Nikmat sehat memang tak bisa disepelekan, percuma memiliki apapun, jika tubuh tak bisa berbuat apapun. Kebahagiaan hanya semu, tak ada yang benar-benar bisa diandalkan ketika kita tertimpa kesakitan, hanya doa-doa yang terpanjatkan, semoga Allah berikan kesembuhan dan Allah angkat dosa bersamaan dengan penyakitnya.

Komentar

  1. Paradigma yang sulit di urai ketika sakit Kak. Pas sakit bisa mikir kayak gini Alhamdulillah.


    Syafakillah ya Teh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k