Langsung ke konten utama

Mengarungi Samudera Instagram

Aplikasi berbagi foto dan video yang fenomenal ini pertama kali dirancang oleh Kevin Systrom 8 tahun silam, tepatnya tanggal 6 Oktober 2010. Dibawah naungan perusahaan Burbn, Inc yang merupakan perusahaan teknologi start up yang hanya berfokus pada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam.

Instagram terbentuk dari kata “insta” yang berasal dari kata “instan”, dimaksudkan layaknya kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan “foto instan”. Sedangkan kata “gram” berasal dari kata “telegram” yang cara kerjanya sebagai sarana pengirim informasi kepada orang lain dengan cepat. Dari dua bentukan kata tersebut instagram hadir sebagai media sosial yang dapat menampilkan foto-foto secara instan seperti polaroid dalam tampilannya juga didukung dengan cara kerjanya yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat.

Aplikasi yang memakan ruang cukup besar pada gawai ini ternyata cukup masyhur di kalangan anak-anak, remaja, dewasa bahkan sebagian orang tua. Penawaran fitur yang kian hari kian menarik mampu membuat candu penggunanya. Salah satu diantaranya saya, rasanya ada sesuatu yang kurang jika sehari saja tidak melipir ke instagram, meskipun saya sadar aplikasi ini ganas menggerogoti kuota internet saya, namun apa daya melewatkan keseruan stalking instragram sangat disayangkan hehe.

Beberapa penelitian telah memaparkan bahaya instagram disertai dengan bukti-bukti konkrit yang menyerang beberapa pengguna. Kejadian yang banyak diungkap adalah tentang instagram yang dikabarkan sebagai medsos candu, pendeteksi depresi, dan beberapa ungkapan lain yang mempertegas bahwa instagram merupakan media sosial terburuk bagi kesehatan mental.

Apakah benar demikian? Saya tidak ingin mengungkap dan menjelaskan permasalahan itu. Bagi saya, semua hal diciptakan mempunyai sisi positif dan negatif tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Saya ibaratkan instagram sebagai lautan, saya sadar dan mengamini bahwa lautan itu asin. Jika tanpa deskripsi lain, hamparan air yang asin kurang menarik. Namun kita harus sadar, di lautan ada beraneka ragam hewan dan tumbuhan laut yang indah dan berkilau. Temukan keindahannya, di tempat tersembunyi sekalipun.

Begitupun instagram, jika hanya disebut sebagai media sosial pengganggu kesehatan mental saya pun mengiyai, karena saya pernah merasakan itu sebelum akhirnya bisa bijak bermedsos. Sekarang, saya sudah berhasil menemukan kilauan-kilauan emas dari lautan instagram yang mampu mengantarkan saya berlabuh pada dermaga kebermanfaatan. Instagram telah menjadi salah satu media dan jalan saya berproses, menemukan banyak hal, dan menuntaskan banyaknya penasaran.

Saya ingin membagikan kilauan yang telah saya temukan itu, barangkali mutiaranya kurang mengilap atau terumbu karang temuan saya kurang besar, tapi dalam perjalanan berlayar ini saya sudah cukup merasa takjub meskipun belum sempurna seluruhnya. Kita harus terus mencari, terus menggesek, agar kilauannya semakin memancar.

Saya temukan mutiara-mutiara di bidang kepenulisan, sebagai ungkapan terima kasih yang belum mampu saya utarakan dengan bentuk apapun, saya ingin menguraikannya agar semua tau, ada mutiara-mutiara hebat di lautan instagram yang penuh dengan kebermanfaatan. Mari kita bedah tiga dari milyaran mutiara itu.

  1. @nulisyuk
Salah satu komunitas yang digagas oleh Jee Luvina (alumni psikologi Universitas Islam Raden Patah) yang mengusung tagline Teman Menulismu dalam bio instagramnya. Mempunyai 4000 lebih alumni yang telah tergabung dalam event kepenulisannya. Saat ini sudah sampai batch 37 untuk kegiatan rutinnya yaitu Kelas Belajar Menulis Online. 

Bejibun challenge menulis juga dihadirkan oleh akun ini dalam setiap minggunya, dengan berbagai reward menarik bagi partisipan yang beruntung. Semuanya gratis! Hanya Kelas Belajar Menulis Online yang mebutuhkan biaya pendaftaran.

  1. @komunitas.odop
Saya baru tergabung dalam komunitas ini 12 hari yang lalu. Odop merupakan singkatan dari One Day One Post. Terlihat dari istilahnya, komunitas ini memang menantang para anggotanya untuk menulis satu hari satu kali. Dalam satu pekan akan ada tantangan khusus untuk menulis sesuai tema atau bahkan sesuai genre tulisan yang ditetapkan, selebihnya bebas. Bisa menuliskan puisi, cerpen, prosa, essay, dll. 

Bagaimana ketentuan penulisannya? Besok gabung ya, kepoin dulu isntagramnya. Selamat menanti recruitment odop batch 8.

  1. @ini_kreatif
Akun ini hadir sebagai pemuas hasrat para pecinta non fiksi. Akan ada penawaran hingga 2 batch dalam satu bulan. Pantengin terus instagramnya untuk mendapatkan info dan persyaratannya. Dengan pembekalan dari pemateri profesional pada bidangnya, akun ini hadir sebagai wadah para penulis agar bisa menggapai cita-citanya menerbitkan buku. 

Genre non fiksi dalam bentuk true story atau yang disebut NPH (Nulis Pengalaman Hidup) oleh @ini_kreatif tidak memungut biaya apapun jika sampai tulisanmu lolos. Jika lolos bersyarat dan tulisanmu layak dimuat, tim @ini_kreatif akan memberikan untuk merevisi dalam tenggang waktu 1×24 jam. Jika belum lolos, maka tim @ini_kreatif membuka kesempatan untuk kalian mengikuti tantangan lain di batch berikutnya.

Siap mendayung dan berlayar? Saya tunggu mutiara lain dari kalian ya. Lautan instagram terlalu luas, jangan disia-siakan :)

Komentar

  1. Wah, menarik. Terima kasih infonya mbak

    BalasHapus
  2. Wah baru tahu @ini_kreatif. Otewe stalking akunnya... *eh 🤭

    BalasHapus
  3. Masyaa Allah, sama kayak Mba Lee, baru tahu juga yang ketiga Kak, hehehe. Ngomong-ngomong yang nomor 3 ini menulisnya di blog juga kah?

    BalasHapus
  4. Sayaa termasuk yang aktif menggunakan Instagram baik untuk pribadi maupun jualan hihi.

    Jadi sepakat nih bahwa semua sosmed tentu ada baik huruknya tinggal bagaimana kita memanfaatkannya saja.

    Sama juga saya akhirnya menemukan komunitas menulis justru dari Instagram no 1 dan 2 sudah ikut tinggal kepoin yang no 3 ��

    btw, saling follow yuk eh apa jangan2 udah ya ��

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k