Huru-hara rumah tangga Hakim dan Intan berakhir, namun ada hal berat yang harus mereka ikhlaskan, ada rasa yang mereka paksa untuk dipatahkan. Ibu Hakim, dengan banyaknya pertimbangan akhirnya tidak bisa lagi menerima Intan, mereka dengan berat hati harus berpisah.
Namun keduanya masih sama-sama punya cita-cita dan rencana besar, ada Vika yang harus ditopang masa depannya, ada Vika yang harus dijamin sekolah dan pergaulannya, ada Vika yang tak boleh tau hal buruk yang menimpa orang tuanya.
Pagi ini, Vika berangkat ke pesantren untuk memulai kehidupan barunya, ia melancong jauh ke kota seberang, diantar kedua orangtuanya yang seolah tak ada apa-apa.
"Vika baik-baik ya nak" pesan Intan.
"Kalau ada apa-apa hubungi ayah atau ibu yaa" Hakim menimpali.
"Iyaa" Vika mengangguk pelan dan masih sesenggukan.
Setelah melewati beberapa bulan di pesantren, akhirnya tibalah Vika di momen kunjungan. Vika menangi berjam-jam di gerbang namun tak kunjung datang, dan benar kedua orang tua mereka tidak bisa mengunjunginya pada kesempatan kali ini.
Sangat tegar, Vika hanya berpositif thinking bahwa orang tuanya sedang mempunyai kesibukan lain. Begitulah Vika, sosok dewasa yang mewarisi kesabaran ibunya, barangkali Vika adalah kiriman Tuhan untuk mewakili carut marutnya perasaan Intan, agar ada yang menjadi pendingin, pelipur lara, dan jembatan menuju kebahagiaan sesungguhnya.
Namun keduanya masih sama-sama punya cita-cita dan rencana besar, ada Vika yang harus ditopang masa depannya, ada Vika yang harus dijamin sekolah dan pergaulannya, ada Vika yang tak boleh tau hal buruk yang menimpa orang tuanya.
Pagi ini, Vika berangkat ke pesantren untuk memulai kehidupan barunya, ia melancong jauh ke kota seberang, diantar kedua orangtuanya yang seolah tak ada apa-apa.
"Vika baik-baik ya nak" pesan Intan.
"Kalau ada apa-apa hubungi ayah atau ibu yaa" Hakim menimpali.
"Iyaa" Vika mengangguk pelan dan masih sesenggukan.
Setelah melewati beberapa bulan di pesantren, akhirnya tibalah Vika di momen kunjungan. Vika menangi berjam-jam di gerbang namun tak kunjung datang, dan benar kedua orang tua mereka tidak bisa mengunjunginya pada kesempatan kali ini.
Sangat tegar, Vika hanya berpositif thinking bahwa orang tuanya sedang mempunyai kesibukan lain. Begitulah Vika, sosok dewasa yang mewarisi kesabaran ibunya, barangkali Vika adalah kiriman Tuhan untuk mewakili carut marutnya perasaan Intan, agar ada yang menjadi pendingin, pelipur lara, dan jembatan menuju kebahagiaan sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar