Langsung ke konten utama

Seni Hidup


Rezeki berkah itu, banyak-sedikitnya tetap akan mendamaikan jiwa pemiliknya.
Cuplikan isi buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an yang berhasil membuat saya penasaran ingin membacanya sampai tuntas, saya merasa dipantik dengan ungkapan itu, sebagai seorang pekerja baru. Buku yang tidak seberapa tebal dengan 30 bab yang disajikan ini memang cocok dan sesuai dengan judul yang diangkat oleh penulis. Segala macam masalah dan rintangan hidup dibahas oleh Rifa'i dengan jawaban-jawaban yang bermuara pada-Nya, karena memang Ia sebaik-baik penolong bagi kita.

Diawali dengan bab Life is Never Flat, Rifa'i bertutur bahwa hidup pasti akan dihiasi dengan fluktuasi antara kesuksesan dan kegagalan. Sama dengan topik yang banyak diangkat oleh influencer atau content creator zaman sekarang yang menyasar anak muda dengan hiruk-pikuk kehidupannya yang mereka gaungkan dengan istilah "Quarter life crisis".

Rifa'i dengan gaya penulisannya yang islami dan sarat akan nasihat memang cocok dibaca oleh orang-orang dengan rentang usia berapapun. Karena memang orang yang baik biasanya selalu haus nasihat.

Pada suatu momen, saya pernah menyampaikan 2 bab dari buku ini yaitu tentang " Jangan Menyerah" dan "Menerima Kritikan" pada anak didik saya di bangku sekolah menengah pertama. Pada saat itu memang mereka sedang dihadapkan dengan permasalahan yang saya anggap cocok dengan 2 bab yang Rifa'i tuliskan. Saya mulai dengan membacakan paragraf demi paragraf disertai dengan uraian yang saya sesuaikan.

Gaya tulisan yang penuh dengan kata-kata motivasi membuat pembacanya hanyut seolah sedang dinasihati secara langsung oleh penulis. Tak heran, anak-anak saya bersorak riuh dan selalu berucap "MaasyaAllah, Subhanallah" ketika saya membedah 2 bab dari buku ini, mungkin mereka ingin mengungkapkan rasa kagumnya terhadap buku ini, seolah-olah buku ini tau saja apa yang mereka rasakan dan mengerti permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Kalian sedang gusar, banyak masalah dan merasa bahwa hidup kok begini-begini saja? Saya rekomendasikan untuk membaca buku ini, barangkali memberikan perncerahan dan menjadi solusi dari permasalahanmu :)

Cetakan pertama, September 2014
Diterbitkan oleh Penerbit Mizania
147 halaman
Rate 3.5/5

Komentar

  1. wah bagus nih, penasaran mau baca :)

    bagus sekali tulisannya, terima kasih sharingnya kak :)

    BalasHapus
  2. Sampai hari ini belum berjodoh dengan satupun karya beliau... Padahal sudah beberapa kali baca review karyanya. Semoga ada rezeki menyelami ilmu melalui tulisan beliau. Makasih kak Nelly<3

    BalasHapus
  3. Banyak baca jbanyak tahu ya, salam kenal dari saya 😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Broken Home Berbagi Cerita Tentang Pernikahan

"Pernikahan adalah hadiah terbaik dari Allah SWT untuk kita, dan kualitas dari pernikahan itu adalah persembahan kita untuk Allah SWT." Sepotong kalimat itu ku dapatkan setelah babat habis baca instagram story Febrianti Almeera, atau akrab dipanggil Teh Pepew. Entah kapan mulanya, akun Teh Pepew seringkali jadi media kontemplasi paling mendalam. Kata-katanya lugas dan jelas, lembut tapi menampar halus. Beliau ditakdirkan sepasang dengan Ulum A. Saif, kerap dipanggil Kang Ulum. Jika dilihat sekilas, cocok sekali beliau berdua. Saling melengkapi, saling mengisi, saling belajar. Definisi jodoh. Pembahasan instagram story Teh Pepew kali ini adalah tentang sahabat dekatnya yang baru saja melepas masa lajang di usia kepala 4. Apakah terlambat? Tentu tidak. Dipertemukan dalam kondisi terbaik yang dimiliki, dan di waktu yang terbaik menurutNya. Pembahasan menikah akhir-akhir ini akrab sekali di telinga. Ini bukan lagi tentang terburu-buru, bukan juga sesuatu yang tabu. Perjalanan mas

2023

Setiap tahunnya, selalu ada yang meleset dari resolusi. Tapi ada juga yang melesat di luar ekspektasi. Bagiku, mempertahankan kewarasan diri di antara lonjakan resolusi dan ekspektasi itulah, yang utama. Karena hubungannya dengan emosi: mengelola, memperlajari, dan akhirnya memperbaiki. 2022 terlewati dengan indah, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sejatinya, duka dan bahagia yang menemani di sepanjang tahun tertentu itu tidak ada yang tak mengisyaratkan pelajaran. 2022 membawaku ke banyak sekali tempat baru: bertemu, berkenalan, dan mengelola rindu atas pertemuan.  2022 mengajarkanku untuk tidak jumawa mengasumsikan skenarioNya, merencanakan bak sutradara, tapi lupa siapa yang memiliki kita dan mengatur perjalanan hidup kita. 2022 adalah kebahagiaan yang tak terkira, tak terukur, dan kesyukuran yang paling jujur.

2012

"nanti jangan jadi guru yaaa, jangan. Kamu ngga layak ditiru" Monolog beberapa tahun silam, saat akumulasi sesal dan kecewa bertumpuk. Tepat, yang berputar-putar di pikiran adalah sosok yang mulia itu. Persis dihubungkan dengan perlakuan diri sendiri, karena pada saat itu, status masih seorang pelajar, tapi agaknya jauh dari kata terpelajar. Maha Baik Allah, menjadikan rasa takut, khawatir, dan kerdil akan sebutan yang mulia 'guru' itu sebagai media untuk tumbuh dan berkaca. Rasa-rasanya, jadi guru itu tiada hari tanpa belajar dan mawas diri, merasa ngga mampu, merasa ngga becus, merasa ngga mumpuni, tapi dari semua perasaan itu tumbuh kesadaran untuk belajar. Ya mau ngga mau. Titik. Kalau kamu ngga penuhi hak diri kamu dengan belajar, gimana mau membersamai dan menunaikan hak pelajar-pelajar itu? Tepat hari ini, 25 November selalu sukses membuat diri linglung, haru, dan gemetar. Berjalan dengan sebutan guru itu ya berkelok-kelok. Kadang tersandung kerikil di jalan, k